Selasa, 14 Juli 2009

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SAGA, SAMBILOTO DAN PARE TERHADAP DIFERENSIASI SEL-SEL LEUKOSIT, KANDUNGAN Fe, Zn dan HORMON TESTOSTERON DALAM PLASMA



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkutut merupakan salah satu burung pemakan biji-bijian dan termasuk dalam keluarga merpati (Columbidae) yang mempunyai kemampuan dan kelebihan dibandingkan dengan burung lainnya. Kemampuan tersebut diantaranya mampu hidup dan berkembang biak pada kandang yang relatif kecil, baik berlantai tanah maupun berlantai kayu yang dapat dengan mudah dipindahkan. Adapun kelebihannya adalah perkutut mampu mengemisikan suara yang terdengar merdu.

Tujuan
Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA
Ciri-ciri dan Taksonomi Perkutut
Perkutut (Geopelia striata) merupakan salah satu burung pemakan biji. Perkutut termasuk bangsa merpati-merpatian (Columbidae). Di alam bebas, perkutut umumnya hidup secara berkelompok dengan lingkungan yang mempunyai rerumputan, daerah bukit berbatu dan dataran rendah maupun tinggi yang banyak ditumbuhi rerumputan. Hal ini disebabkan karena makanan perkutut berupa biji-bijian yang berasal dari rerumputan seperti millet, jewawut, gabah lampung, ketan hitam dan lain-lain. Perkutut tersebar dari semenanjung Malaya sampai Australia, sedangkan penyebaran perkutut di Indonesia bermula dari Irian yang terus menyebar ke arah barat, yaitu Lombok, Bali, Jawa, Madura, hingga ke Sumatera (MacKinnon 1988).
Tanaman Saga (Abrus precatorius Linn)
Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Saga
Kandungan Kimia dan Pemanfaatannya
Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
Sejarah dan Deskripsi Tanaman Sambiloto
Kandungan Kimia dan Pemanfaatannya
Tanaman Pare (Momordica charantia L.)
Sejarah dan Deskripsi Tanaman Pare
Kandungan Kimia dan Pemanfaatannya
Diferensiasi Leukosit
Ukuran dan Sistem Pertahanan Heterofil
Ukuran dan Peranan Monosit
Karakter dan Peranan Limfosit
Sejarah Singkat Zat besi (Fe)
Mekanisme Penyerapan dan Metabolisme Zat Besi
Deskripsi dan Mekanisme Penyerapan Seng (Zn)
Senyawa Seng (Zn) di Dalam Tubuh
Hormon Reproduksi Jantan.
Klasifikasi Hormon
Peranan Hormon Kelenjar Kelamin
Biosintesis Hormon Testosteron
Testosteron dalam Plasma Darah
Karakteristik Sex Sekunder
Suara Burung
Pengertian dan Peranan Suara
Organ Penghasil Suara
Kriteria Suara Perkutut
Durasi Suara

MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan awal bulan Maret 2005 sampai akhir bulan Mei 2005 di Bird Farm Perkutut Prima, Desa Sukakarya Mega Mendung Bogor selama 10 (sepuluh) minggu.
Analisis Proksimat pada pakan (gabah lampung, milet, jawawut dan ketan hitam) dan pada ekstrak daun (Saga, Sambiloto dan Pare) dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Analisis mineral (Fe, Mg dan Zn), vitamin A dan vitamin C pada pakan (gabah lampung, milet, jawawut dan ketan hitam) dan pada ekstrak daun (Saga, Sambiloto dan Pare) dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram, sedangkan analisis mineral (Fe dan Zn) pada plasma darah dilaksanakan di Laboratorium Mineral BBIA Bogor, Perhitungan profil darah (diferensiasi sel darah putih) dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Adapun analisis hormon testosteron pada plasma darah dilaksanakan di Laboratorium Radioimmunoassay (RIA) BATAN Jakarta Selatan.
Materi Penelitian
Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Nutrisi Pakan Burung Perkutut
Penelitian ini menggunakan 4 macam pakan utama berupa biji-bijian, yaitu gabah lampung, milet, jawawut dan ketan hitam. Adapun hasil analisa kandungan nutrisi pakan utama dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil analisa nutrien pada masing-masing pakan utama maka terlihat kandungan protein kasar untuk jewawut sebesar 11.38%, ketan hitam 11.37%, milet sebesar 10.50%, dan gabah lampung sebesar 8.75%. Kandungan protein pada pakan utama tersebut sebagai zat nutrisi yang menunjang pertumbuhan perkutut sehingga ternak tersebut memiliki performen yang baik dan menghasilkan suara yang merdu. Menurut Soemadi dan Mutholib (2003) jumlah protein yang dikonsumsi burung ocehan dari pakan yang disediakan harus seimbang dengan kebutuhannya, tidak lebih dan tidak kurang. Apabila protein yang dikonsumsi berlebih maka sisanya akan diubah menjadi lemak sehingga menyebabkan burung menjadi gemuk dan terlihat malas. Sebaliknya, bila terjadi defisiensi konsumsi protein maka mengakibatkan burung menjadi kurus, kerdil, pertumbuhan bulu tidak sempurna, bersifat kanibal, tidak bergairah dan enggan bersuara. Untuk bersuara, burung memerlukan protein kurang lebih 35% dari jumlah makanannya (Soemadi dan Mutholib 2003).

Hasil Ekstraksi Daun Saga, Sambiloto dan Pare
Hasil Analisa Kandungan Nutrien Ekstrak Daun Saga, Sambiloto dan Pare
Konsumsi Ransum dan Konsumsi Nutrien Perlakuan
Diferensiasi Sel-Sel Leukosit
Kandungan Mikro Mineral dan Hormon Testosteron dalam Plasma
Durasi Suara Perkutut

KESIMPULAN
Pemberian ekstrak daun saga, daun sambiloto, dan daun pare tidak mempengaruhi konsumsi ransum utama (milet, jawawut, ketan hitam, gabah lampung), diferensiasi sel-sel leukosit, Zn, hormon testosteron, dan durasi (silabel dan antar silabel), kecuali untuk mineral Fe terjadi perbedaan yang nyata pada perlakuan B (penambahan 0.018 gr ekstrak daun saga).
Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan nyata dari pemberian ekstrak daun pare, namun ada indikasi bahwa ekstrak daun pare dapat meningkatkan daya tahan tubuh burung perkutut sehingga memberikan respon terhadap tingkat konsumsi pakan yang berimplikasi terhadap peningkatan kandungan Zn (seng) dan hormon testosteron dalam plasma darah yang akhirnya dapat mempengaruhi penampilan durasi suara burung perkutut