Harga pakan ternak memang relatif terus mengalami kenaikan. Metode cerdas untuk menyikapi hal ini perlu dilakukan oleh peternak. apalagi pakan unggas yang berprotein tinggi dan berasal dari hewan biasanya cukup mahal. Cacing tanah merupakan salah satu jawaban di dalam mengatasi kelangkaan masalah protein hewani untuk unggas. Cacing tanah (Lumbricus terrestris) merupakan cacing yang hidup di tanah. Di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, cacing tanah dapat hidup dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Peranan cacing tanah diketahui cukup banyak, terutama menjaga keseimbangan lingkungan karena terletak dalam satu lingkaran dengan manusia dan unggas.
Sementara pemanfaatannya belum sepenuhnya dilaksanakan, padahal cacing anah mempunyai berbagai manfaat yang dapat membantu untuk kesejahteraan manusia.
Di Kanada dan Amerika, cacing tanah sudah secara langsung dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, misalnya dipergunakan untuk karet tutup toples, sebagai umpan ikan, bahan baku pembuatan kosmetik dan lain-lain. memang teknologi di Indonesia kalah jauh dibanding dengan Kanada dan Amerika, namun pemanfaatannya dapat dimulai dari yang paling praktis dan sederhana. Barangkali hal inilah yang mesti dkembangkan lebih lanjut.
Bahan ransum unggas
Bahan makanan untuk unggas seperti ayam dan itik kebanyakan berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bahan yang berasal dari hewan biasanya cukup mahal. Masalah inilah yang sering membuat para ahli peternakan selalu berusaha mencari bahan pakan unggas yang berprotein tinggi asal hewan tapi harganya murah. Dalam kaitan ini Nyoman Brandi (1996) menyatakan, cacing tanah merupakan salah satu jawaban di dalam mengatasi kelangkaan masalah protein hewani untuk unggas. Hal ini mengingat cacing adalah binatang lunak yang kaya protein dan aroma khasnya sangat disukai oleh ayam dan itik.
Peternak itik di Indonesia umumnya belum menyadari sepenuhnya bahwa cacing tanah merupakan bahan makanan yang sangat baik, walaupun sudah sejak lama mereka berikan pada itik peliharaannya. Mereka hanya tahu cacing merupakan santapan yang paling digemari oleh itiknya. Sampai saat ini pemanfaatan cacing tanah hanya sepintas saja, padahal pemanfaatannya lebih jauh terutama cacing tanahyang diproses sedikit, akan cukup memberikan harapan dalam penyediaan protein bagi unggas untuk produksi dan reproduksi.
Dari hasil penelitian menunjukkan cacing tanah mempunyai kandungan protein cukup tinggi, yaitu sekitar 72%, yang dapat dikategorikan sebagai protein murni. Kalau dibandingkan dengan jenis bahan makanan asal hewan lainnya, misalnya ikan teri yang biasanya dipakai dalam campuran ransum unggas, mempunyai kandungan protein protein kasar berkisar antara 58-67% dan bekicot dengan kandungan protein 60,90%, masih jauh lebih rendah dibanding dengan cacing tanah. Apalagi kalau dibandingkan dengan sumber protein dari bahan tanaman, seperti bungkil kedele, bungkil kelapa dan lain-lain, rata-rata kandungan proteinnya jauh lebih rendah dibanding cacing tanah. Demikian pula susunan asam amino yang sangat penting bagi unggas, seperti arginin, tryptophan dan tyrosin yang sangat kurang dalam bahan pakan yang lain, pada cacing tanah kandungannya cukup tinggi. Kandungan arginin cacing tanah berkisar 10,7% tryptophan, 4,4% tyrosin, 2,25%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar