Selasa, 14 Juli 2009

Pembentukan Sapi Komposit Komersial

Kini telah ada pengusaha yang akan menampung dan membeli sapi komposit F1 sesuai permintaan pasar yang dijalaninya selama ini. Sapi komposit betina akan dihargai lebih mahal daripada harga pasaran sapi murni, sedangkan sapi jantannya dihargai sama atau boleh dijual sendiri secara bebas karena sapi jantan ini tidak mungkin dijadikan pejantan. Sapi komposit betina dibeli setelah lepas kolostrum atau selambat-lambatnya lepas sapih atau sebelum dewasa kelamin, agar tidak kawin atau dikawinkan secara sembarangan yang akan merusak genetis populasi setempat. Sapi betina komposit selanjutnya diternakkan secara khusus dalam kawasan farm tersendiri, sebagai parent stock untuk menghasilkan sapi komposit bakalan potong final stock. Selain itu akan dipakai juga sebagai parent stock induk tiri dari sapi perah klas A dalam rangka replacement stock.

Adapun sapi komposit yang dimaksud adalah turunan pertama F1 persilangan antara sapi perah FH klas B dengan sapi potong Aberdeen Angus, dengan komposisi genetis fifty-fifty. Cara ini dapat ditempuh melalui dua cara yaitu sapi perah betina di IB dengan semen berasal dari pejantan Angus (sebut saja namanya Anghols), atau sebaliknya sapi potong betina Angus di IB dengan semen pejantan sapi perah FH (sebut saja Holsang). Dalam pengelolaan khusus nantinya sapi betina komposit F1 ini akan dikawin silangkan dengan pejantan sapi potong Simental, sehingga komposisinya menjadi 50% Simental + 25% Angus + 25% Holstein atau dapat disebut Simanghols atau Simholsang.

Karena didominasi darah Simental yang kemungkinan menurunkan sifat warna coklat, sapi komposit F2 ini akan diberi nama dagang ’Javanese Brown’, mengacu pada nama tempat geografis terjadinya yaitu pulau Jawa Bila memungkinkan dalam arti ada pasarnya, komposisi dapat diubah mengarah pada dominasi 50% Angus sehingga menurunkan sifat warna hitam, yang nantinya dapat menyandang nama dagang ’Javanese Black’.

japanese black cow
japanese black cow
Meskipun mungkin terkesan mengada-ada atau memang meniru dalam hal penamaan ini, namun inilah salah satu trik strategi dagang. Nama Javanese Black akan dipakai sebagai persaingan dagang sapi Jepang yang sudah terkenal, yaitu Japanese Black. Meskipun mungkin kurang tepat atau kurang etis dalam hal penamaan ini, kita mempunyai acuan yaitu nama sapi bali yang kita kenal sekarang ini adalah berasal dari banteng Jawa (Bos Javanicus) yang dijinakkan dan diternakkan secara murni berawal di pulau Bali. Sedangkan sapi jawa tidak ada hubungan sama sekali dengan banteng jawa. Sapi jawa yang ada sekarang ini sulit ditelusuri komposisi dan asal muasalnya, sering disebut sebagai peranakan Ongole (PO) dan juga mungkin mengandung darah Brahman bahkan sapi bangsa lainnya. Demikian pula sapi madura yang dipetahankan kemurniaanya konon adalah berasal dari Bos Taurus sapi Eropa dan Bos Indicus sapi Asia. Di pulau Sumba ada sapi Sumba Ongole (SO) yang berasal dari sapi Asia.

Artinya nama tempat geografis menjadi nama sapi yang bersangkutan, meskipun telah berpindah tempat nama tetap dibawa sebagai ‘trade mark’ Sebagai pengamanan terakhir seperti sapi bakalan Bx maka sapi komposit bakalan potong Javanese Brown maupun Javanese Black, akan dilakukan pengebirian pada yang jantan dan spayed pada betinanya sebelum dipasarkan.

Agribisnis sapi komposit ini dapat dipakai sebagai langkah modal awal penerapan penatalaksanaan industri persapian berdasarkan pemberdayaan bioteknologi reproduksi. Baik modal secara teknis maupun modal finansial antara lain membeli peralatan laboratorium, yaitu mikroskop stereo, sentrifus, water bath, foley kateter, gun TE, media dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar