
dalam ilmu genetika, konon, inbreeding berpengaruh tidak hanya pada segi fisik (misalnya turunnya vitalitas) tetapi juga segi psikis/mental.. semoga maraknya inbreeding di dunia per'merpati'an tidak meningkatkan jumlah individu2 merpati yang tidak normal secara mental..Maaf mas2, ini cuma hasil diskusi saya dengan seorang yang sudah puluhan tahun 'menggauli' merpati(beliau slah seorang pensuplai merpati dari jogja ke wilayah jabar dan sekitarnya th 80-90an).. beliau juga bilang bahwa sekarang ini jauh lebih banyak merpati yang bagus kualitas terbangnya dibandingkan 10-20tah yll, bahkan cari di pasar saja relatif mudah, tetapi semakin banyak pula merpati2 yang berperilaku aneh, ada yang sudah dilatih lama hingga jarak yang cukup jauh eh..suatu hari dia terbang begitu saja dan tidak kembali, ada yang sudah dijodohkan hingga 'keket' eh.. tahu2 dia mengawini betina lain dan mencuekkan jodohnya, ada yang sudah dilatih berkali-kali pada jarak yang stabil eh.. tahu2 pada suatu latihan dia pergi melawan arah, tinggi, jauh dan tidak kembali lagi..dan beberapa hal lain.. Tapi sekali lagi maaf, ini hanya obrolan saya dengan 'beliau' tadi, tidak bermaksud mengurangi gairah mas2 dalam menggeluti dunia breeding merpati (ngomong2 penghobi merpati, tinggi maupun balap cowok semua ya? belum pernah tahu ada yang cewek, kenapa ya?)
1. Tidak ada satupun metode breeding yang sempurna dan inbreeding (sebetulnya ini hanya salah satu tahap dalam genetic breeding) juga banyak kelemahannya antara lain kehilangan vitalitas, rentan terhadap penyakit, ukuran badan lebih kecil, tingkat fertilitas menurun, dan kelainan fisik. Tapi inbreeding tidak mempengaruhi kecerdasan, semangat tempur (fighting spirit) dan sifat lain yang berhubungan dengan intelegensia. Efek negatif inbreeding ini biasa disebut dengan degenerative effects atau inbreeding depression.
2. Burung hasil inbreeding tidak cocok sebagai racer (untuk dimainkan), tapi hanya cocok untuk mencetak breeder (indukan). Kalau kita mau mencetak racer, maka harus dilakukan crossing terlebih dahulu dengan burung lain yg tidak mempunyai hubungan darah, dan anakan hasil crossing itu yang dimainkan sebagai racer. Kadang2 ada juga kasus anakan hasil inbreeding yg bisa dimainkan sepanjang mempunyai vitalitas yg baik, tetapi ini tidak umum. Jadi kalau burung hasil inbreeding langsung dimainkan berarti salah aplikasi. Oleh karenanya kalau burung hasil inbreeding banyak hilang atau kinerjanya tidak bagus ya wajar saja karena tujuan inbreeding memang bukan untuk mencetak racer.
3. Sifat yang diturunkan oleh indukan, bukan hanya sifat yg positif saja, tetapi juga sifat/karakter yg negatif. Sifat/ciri negatif pada indukan bisa saja tidak terlihat karena gen-nya bersifat resesif, tetapi apabila gen resesif bertemu dengan gen resesif pada indukan yang satunya (betina), maka sifat negatif itu akan muncul pada turunannya (anaknya).
4. Tujuan inbreeding adalah untuk mengumpulkan gen (pembentuk sifat/karakter) positif pada indukan. Salah satu tahapan penting dalam genetic breeding adalah tahap seleksi yaitu untuk memilah turunan yang memperlihatkan ciri positif dan negatif. Anakan yang memunculkan sifat atau ciri negatif harus "disingkirkan". Saya pernah mengutip pendapatnya Larry Hallbrook bahwa kalau kita mau melakukan inbreeding maka harus menjadi tukang "jagal" yang tangguh karena harus menyembelih burung2 yang memunculkan ciri2 negatif.
5. Untuk menghindari degenerative effects yang terlalu cepat bisa dilakukan dengan menghindari inbreedng, tetapi langsung masuk tahap linebreeding. Kelemahannya kalau kita langsung ke linebreeding maka proses pengumpulan gen positif (gen pooling) akan lebih lama. Ada beberapa metode penyilangan yg bisa dilakukan untuk menghindari tahap inbreeding.
6. Inbreeding sebetulnya alat yang ampuh untuk mencetak indukan (sekali lagi bukan untuk mencetak racer), tetapi tidak semua burung cocok untuk inbreeding. Jadi kalau mau inbreeding harus diamati apakah burungnya cocok untuk inbreeding atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar