
Hewan ini merupakan hewan yang hidup di daerah kutub khususnya di Benua Antartika yang suhunya dapat mencapai di bawah 0º C. Hewan ini kita kenal dengan pinguin. Dulu, saat bumi belum mengalami pemanasan global, kita sering melihat populasi pinguin yang begitu banyak di televisi. Tapi sekarang, saat bumi mengalami pemanasan atau sering dikatakan oleh orang dengan sebutan “GLOBAL WARMING, kita jarang melihat populasi pinguin di televisi. Laporan terbaru yang diberikan WWF pada saat konferensi perubahan iklim di Bali tepatnya di Nusa Dua, di Benua Antartika populasi pinguin sangat terancam kehidupannya.
Laporan pinguin Antartika dan perubahan iklim (Antartic Penguins and Climate Change) yang di berikan WWF, menunjukan bahwa populasi pinguin yang berkembang biak di Benua Antartika terus mendapat tekanan akibat dari perubahan iklim tersebut. Bagi sebagian populasi, pemanasan global menghilangkan daratan yang sangat berharga. Dimana mereka berkembang biak, membesarkan anaknya dan mencari makan disana. Bagi pinguin sendiri, makanan juga semakin jarang karena laut semakin menghangat, ditambah juga penangkapan ikan yang berlebihan.
Menurut Hans Verolme direktur WWF untuk program perubahan iklim global, “Pinguin Antartika tidak mampu mengejar kecepatan pemanasan global”. Sekarang maskot Antartika ini kelihatannya harus menghadapi pertarungan berat untuk beradaptasi dengan laju perubahan iklim yang sangat pesat. Menurut data yang diperoleh, semenanjung Antartika menghangat lima kali lebih cepat dibanding rata-rata laju pemanasan global, sedangkan laut kutub selatan menghangat hingga kedalaman 3000 m. Selain laut yang menghangat, gunung es yang terbentuk dari air laut menutupi 40% lebih sedikit area dibandingkan 26 tahun silam di semenanjung barat Antartika. Penyusutan ini menyebabkan menurunnya jumlah krill (udang kecil), dimana krill merupakan makanan utama Pinguin Chinstrap. Populasi Pinguin Chinstrap sekarang menurun sebanyak 30 sampai 60% pada setiap koloni, hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah makanan utama berupa krill (udang kecil) sehingga Pinguin-Pinguin muda tidak dapat bertahan hidup.
Hal yang sama juga terjadi pada Pinguin Gentoo dimana makanan utamanya berupa ikan. Karena penangkapan ikan yang berlebihan (Overfishing) maka makanan mereka akan terus menerus berkurang, sehingga Pinguin Gentoo semakin tergantung pada cadangan krill yang terus menciut.
Pada jenis Pinguin Emperor, yang merupakan Pinguin terbesar dan ‘Bangsawan’ sebagian populasinya telah menyusut hingga setengah dalam kurun waktu separuh abad. Ini disebabkan karena suhu musim dingin yang menghangat dan angin yang makin kencang, yang mengharuskan pinguin melahirkan dan membesarkan anak-anaknya diatas es yang lebih tipis.
Di semenanjung Antartika tepatnya pesisir barat laut terdapat jenis Pinguin Adelie. Pada daerah tersebut menghangat secara ekstrim, yang mengakibatkan populasi Pinguin Adelie menyusut sebanyak 65% dalam 25 tahun terakhir. Bukan hanya makanan yang semakin jarang dan es yang menghilang, tetapi juga ada faktor lain yaitu adanya Pinguin jenis Gentoo dan Chinstrap yang menginvasi mereka.
Varolme juga menambahkan, masa depan gunung es dan hubungan dengan rantai makanan menentukan keseimbangaan masa depan Pinguin yang berada di Antartika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar